Halaman

Jumat, 26 April 2019

Taiwan untuk Kedua Kalinya

Kali Kedua Perjalanan ke Taiwan, Apa yang Berbeda?


Waktu perjalanan: 17-21 April 2019

Tahun 2015, tepat ketika saya mengepos tulisan saya yang pertama berjudul Perjalanan ke Yehliu Geopark, merupakan kesempatan saya pertama ke Taiwan. Kali ini, di tahun 2019, saya berkesempatan untuk datang kembali ke Taiwan. Masih dengan tujuan yang sama (sebagai turis), namun setelah empat tahun berselang ternyata banyak yang berubah dan saya juga mencoba beberapa hal baru. Apa saja itu, saya akan bahas selengkapnya di tulisan ini.

1. Visa? No.... no... Sertifikat Otorisasi Perjalanan saja...

Jaman dulu ketika saya mau bepergian ke Taiwan saya harus dipusingkan dengan masalah pembuatan Visa. Sama sekali ga susah (malah mudah sekali), cuma biaya untuk pembuatan kan lumayan banget ya (sekarang dibutuhkan biaya 650.000 buat single entry dan 1.300.000 buat multiple entry). Nah, ternyata semenjak 2016 (CMIW), Taiwan mengeluarkan persyaratan bebas visa untuk 46 negara. Sayangnya Indonesia tidak masuk dalam salah satu dari 46 negara tersebut, namun dengan syarat "tertentu" wisatawan Indonesia bisa masuk Taiwan tanpa visa dan hanya masuk dengan menggunakan Sertifikat Otorisasi Perjalanan (pengaturan di web resminya). 

Sertifikat Otorisasi Perjalanan ini gratis-tis-tis... Yang bahkan awalnya membuat saya curiga... Coba bayangkan kalau buat visa kita harus bayar minimal 650.000 tapi kalau pakai Sertifikat Otorisasi Perjalanan gratis... Memang ga rugi? Memang bener-bener bisa? Memang bener-bener semudah itu?

Nyatanya saudara-saudari sekalian memang benar. Saya sudah buktikan sendiri bahwa Sertifikat Otorisasi Perjalanan ini asli bisa digunakan.
Pemberitahuan di terkait Sertifikat Otorisasi Perjalanan di Konter Penerbangan
Sebelum lebih rinci, mungkin dibahas dulu ya siapa-siapa saja yang bisa mendapatkan Sertifikat Otorisasi Perjalanan ini.  Persyaratan di bawah ini merupakan rangkuman yang saya buat setelah membaca peraturannya, jadi tidak benar-benar sama dengan yang tertulis di web pengajuan ini, tapi insya Allah esensinya sama...


  1. Warga Negara Indonesia atau India, Vietnam, Myanmar, Kamboja dan Laos.
  2. Masa berlaku paspor minimal 6 bulan (terhitung sejak tanggal kedatangan di Taiwan) -> maksudnya dari tanggal masuk ke Taiwan minimal 6 bulan masih berlaku, kalau kurang lebih baik buat paspor baru saja
  3. Memiliki tiket pesawat pulang pergi (harus pulang pergi dan karena masa tinggal dengan menggunakan Sertifikat Otorisasi Perjalanan adalah maksimal 14 hari untuk setiap kali masuk Taiwan, jadi tanggal pulang perginya haruslah dalam masa tersebut).
  4. Tidak pernah menjadi pekerja pabrik atau buruh (blue collar) di Taiwan, ini juga termasuk beberapa pengecualian lain seperti pemegang visa taiwan (sebelumnya) dengan kode FL atau X dan juga P bercatatan "With Special Permission From MOFA"
  5. Memiliki salah satu dari kartu izin tinggal, kartu izin menetap, atau visa yang dikeluarkan Amerika, Kanada, Inggris, Jepang, Australia, Selandia Baru, Korea dan Eropa (Schengen) baik yang masih berlaku atau yang sudah habis masa berlakunya namun kurang dari 10 tahun sebelum kedatangan ke Taiwan. Namun, visa yang sudah VOID, CANCELLED, CANCELLED WITHOUT PREJUDICE (baik di cap atau tidak) tidak dapat digunakan untuk pengajuan Sertifikat Otorisasi Perjalanan.

Buat yang tertarik sama ini bisa baca lebih lengkap di tulisan ini, karena saya juga banyak mendapatkan bantuan dari tulisan tersebut. Cuma pas di langkah III.6, yang klik "process flow" saja yang sebenarnya memberikan fungsi berbeda. Jadi pilihan "process flow" tersebut untuk menunjukkan langkah proses dari Sertifikat Otorisasi Perjalanan ini dan bukan untuk menyelesaikan proses pembuatan. Untuk menyelesaikan proses pembuatan dapat dilakukan dengan klik "Next" yang kemudian akan membawa kita ke laman berikutnya untuk kita periksa kembali.

Tampilan berikutnya
Setelahnya dapat langsung klik "Submit" jika semua data sudah benar, atau jika masih ada yang erlu diperbaiki dapat klik "Back" yang akan mengembalikan laman ke formulir sebelumnya. Jika klik "Submit" maka akan tampil lembar persetujuan dan pilihan untuk "Print". Pastikan untuk print Sertifikat Otorisasi Perjalanan tersebut. Boleh dilipat ga? Boleh... biasanya dilipat jadi 4 seperti model lipat surat buat dimasukkan ke amplop. Boleh print pakai hitam putih ga? Hem, sebenarnya saya menyarankan berwarna, tapi toh di bandara sana saya  melihat ada yang print hitam putih dan tetap bisa masuk.


Tampilan akhir

Catatan dari saya:


Pertanyaan paling banyak (yang juga saya tanyakan pada saat itu), "Jika saya punya visa Jepang tahun 2017 dan sudah habis masa berlakunya pada tahun tersebut, tapi saya mau masuk ke Taiwan tahun 2019 apakah saya bisa menggunakannya untuk mengajukan Sertifikat Otorisasi Perjalanan?" Jawabannya "Bisa". Pengalaman saya adalah seperti itu, saya menggunakan visa Jepang saya yang tahun 2017, sedangkan adik saya menggunakan visa Korea Selatan tahun 2018, dan keduanya masuk dengan aman.


Pertanyaan kedua saya yang muncul ketika membuat Sertifikat Otorisasi Perjalanan ini adalah "Yang mana sih nomor visa Jepang dan Korea?" Itu adalah nomor yang ada di kanan atas visa tersebut...
Contoh Visa Korea dari web ini
Contoh Visa dari web ini tapi kayaknya ini diambil dari VisaHQ.com

Untuk visa Korea yang di atas nomor tersebut adalah MA.... sampai dengan baris kedua yang 7591, kalau yang Jepang CC...37.

Terakhir, sebelum ke Taiwan saya melakukan check-in online untuk penerbangan saya (China Airlines), namun saya harus memasukkan nomor visa. Karena saya masuk tidak menggunakan visa (tapi Sertifikat Otorisasi Perjalanan), akhirnya meski bisa check-in online namun tetap harus ke konter untuk pemeriksaan Sertifikat Otorisasi Perjalanan tersebut. Dan.... ternyata makan waktu cukup lama bung (karena katanya jika terjadi kesalahan dalam Sertifikat Otorisasi Perjalanan tersebut maka yang akan dikenakan denda adalah pihak penerbangan sehingga pemeriksaannya cukup makan waktu. So, pas mau berangkat sediakan cukup banyak waktu sehingga tidak terburu-buru.


2. Easycard or iPass? Keduanya bisa kok


2015 saya ke Taiwan, Taipei punya kartu sendiri yang namanya Easycard dan Kaohsiung juga punya kartu yang namanya iPass. Easycard saya pada saat itu saya refund (kembali 80NT, sedangkan 20NT semacam dana yang tidak bisa dikembalikan), sedangkan iPass saya pada akhirnya tidak saya refund karena waktu kepulangan saya dari Kaohsiung ke Taipei yang cukup mepet. Ternyata masalah dualisme kartu ini sudah selesai pada tahun 2017 (CMIW). Sejak 2017, kedua kartu ini sudah saling kompatibel. Bahkan, iPass saya yang saya beli tahun 2015 tersebut masih berlaku dan uang yang masih ada di dalamnya juga masih bisa diakses. Yang saya baca kartu-kartu tersebut berlaku seumur hidup (wah... wah...). 
iPass dari tahun 2015



3. Beli model kartu Easycard/iPass atau one/two/three day transportation pass?


Ini sebenernya berhubungan sama bahasan kedua, karena saya sudah punya iPass, saya melakukan perhitungan kembali untuk melihat mana yang lebih menguntungkan menggunakan transportation pass atau beli kartu model Easycard/iPass tersebut. Menurut info (saya lupa tahun tepatnya berapa), Easycard/iPass yang dapat dibeli dengan harga 100NT saat ini tidak melakukan pengembalian dana lagi (seperti di tahun 2015 tersebut), jadi otomatis 100NT akan hilang sebagai dana untuk pembelian kartu, di luar dari dana top-up yang harus dimasukkan ke dalam kartu. So harga untuk one day transportation pass Taipei adalah 180NT (lengkapnya), itu sudah bersih bisa dipakai di metro maupun bus. Kalau kita beli Easycard/iPass dan memasukkan 80NT, maka setidaknya kita bisa melakukan 6 perjalanan atau kurang dari itu (harga satu kali jalan dengan metro jarak dekat adalah 20NT). Setelah ditimbang-timbang lagi akhirnya saya memutuskan untuk membeli two day pass (karena saya dua hari penuh di Taipei).
Two Day Transportation Pass

4. Print tiket masuk? No need lah... kan sudah bisa scan QR

Kecanggihan teknologi itu memang ga bisa bohong ya, jaman dulu kayaknya saya itu harus beli tiket di loket. Tapi sekarang, banyak jasa pembelian tiket online model Travel*ka dan Kl**k (keduanya ini andalan saya banget). Sudah ga perlu print deh itu tiket, cukup diperlihatkan tiket QR yang ada di handphone dan bisa masuk. Yang paling canggih malah di Yehliu, karena bisa langsung masuk di pintu masuknya, tanpa penukaran di loket lagi (buset Yehliu makin padet saja). Kalau untuk 101 tetap harus dituker di penukaran tiket dan antre bareng dengan yang au beli tiket, tapi antreannya gak lama kok (paling mau masuk liftnya saja yang antre agak lama kalau lagi penuh).


Bahkan untuk taksi keliling Yehliu-Jiufen-Shifen, yang dulu kayaknya sudah banget cari informasinya sekarang sudah bisa dipesan online komunikasi dengan sopirnya bisa dilakukan via WA atau LINE (walah... walah...). Ada beberapa situs yang saya temukan untuk pemesanan online taksi ini, namun akhirnya saya menjatuhkan pilihan di sini. Di sini perlu deposit (bisa dibayar pakai Paypall buat depositnya dan sisanya dibayar tunai ke sopirnya). Saya kemarin berlima sehingga untuk ongkosnya jadi 4.000NT (total untuk 8 jam, itinerary-nya bisa disesuaikan). Terus pas pulang kita bisa diturunkan di Taipei di mana saja (saya waktu itu dijemput di hotel dan diturunkan di Taipei 101).

Denah Jiufen dari Sopir Taksi

5. Belanja di mana ya?

Pas 2015, saya banyak membeli oleh-oleh di Jiufen, namun di tahun 2019 ini saya baru benar-benar memperhatikan tempat belanja karena orang tua dan adik saya yang perlu membeli oleh-oleh. Selama 4 hari di sana, saya ke pasar Yehliu (yang di depan Yehliu Geopark), Jiufen, Shifen, Shihlin, Raohe Street, Ximending, Taipei City Mall. Dan inilah yang saya rasakan.

Yehliu bisa dibilang paling murah (cuma harus berani nawar, untuk beberapa barang seperti buah dan makanan biasanya harganya sudah fix tapi untuk yang model tempelan kulkas begitu bisa banget ditawar). Di Yehliu juga ada milk tea reguler yang harganya 25NT (buset di Taipei, Chatime yang gede saja bisa sampai 60NT). Kalau oleh-oleh pilihannya memang ga banyak (paling tempelan kulkas sama gantungan kunci) juga ada kue-kue dalam kemasan gitu tapi harganya bener-bener yang paling murah. Saya coba beli buah srikaya gede (kalau di deket pintu masuk harganya 150, kalau masuk lagi ke dalam ada yang harganya 120). Adik juga beli tempelan kulkas 100 dapet 3 (yang lumayan bagus desainnya, kalau di luar bisa 50 atau 80NT).
Milktea di Yehliu yang harganya 25NT
Jiufen, pilihan oleh-oleh paling banyak... harganya lebih tinggi dari pada Yehliu tapi masih lebih rendah dari Taipei. Pinter-pinter nawar dan kalau beli banyak minta diskon tambahan atau bonus (tetap mintanya dengan sopan ya, dan jangan maksa kalau ga dikasih). Cuma waktu kami di sana agak kurang karena kami masih mau ke Shifen dulu, jadi akhirnya gak beli banyak.

Shifen, cuma dateng ke sini buat lentera saja karena ramai banget (buset-buset dah), dan males juga untuk cari oleh-oleh karena semua orang terfokus sama nerbangin lentera atau menulis harapan di lentera (yang harus hari-hati karena tinta hitamnya riil banget bikin kotor). Saya di sana coba terbangin lentera yang empat warna (masing-masing warna punya arti sendiri-sendiri yang bisa di baca pas di sana). Harga untuk lentera empat warna 200NT (yang satu warna 150NT, yang delapan warna 300NT).

Shilin... Saya ke dua tempat di sini... Di night marketnya sama ke pasar yang letaknya dekat dengan pemberhentian bus Shilin Junior High School. Night Market sendiri kalau yang ke arah Night Marketnya sebenarnya lebih seperti pasar malam yang banyak area untuk permainan (permainan memecahkan balon banyak banget), tapi juga ada tempat beli oleh-oleh seperti tempelan kulkas dan teman-temannya, juga kaos-kaos. Di dekat tempat ayam goreng XL sekitar jalan kecil di situ ada yang jualan snack (bungkusan) halal. Bisa jadi alternatif kalau ga mau bawa tempelan kulkas atau kaos. 

Kalau pasar yang di dekat pemberhentian bus Shilin Junior High School, itu sebenernya pasar banget (jadi harganya juga lumayan murah dibanding yang night market). Pasar ini tutup sore hari jadi kalau mau ke sana dateng pagi. Di sana kemarin kami banyak beli sumpit (ada yang 10 dan 20NT), sendal, sepatu juga banyak (sendal kemarin ibu beli dengan harga 189NT), sendok dan gelas-gelas cantik juga murah (saya beli gelas gambar sakura dengan harga 30NT).

Buat Raohe Street, buat yang ga kuat dengan bau apeknya babi sebaiknya hindari tempat ini karena areanya sebenarnya cuma satu jalan (ya Raohe itu lah), meski di pinggir jalannya banyak toko-toko, bagian tengah jalannya digunakan buat stan makanan. Jadi bisa dibilang agak sempit dan sumpek. Ibu yang kurang begitu tahan dengan bau apek yang dihasilkan dari makanan yang dijual di sana (sebagian besar karena bau babinya) akhirnya menggunakan tisu basah buat nutup hidungnya dan ga bisa lama-lama di sana. Buat harga oleh-oleh kayaknya standar dengan harga di night market shilin.

Taipei City Mall jelas banget lebih nyaman (karena dalam ruangan), cuma buat harga dia lebih fix (karena ditulis harga di tokonya begitu), cuma kalau dibandingin Ximending harga di sini masih lebih murah. Untuk jenis tokonya macem-macem. Tinggal keliling-keliling saja.

Ximending, kalau dilihat mirip sama Myeongdong karena letak toko-toko yang ada di area jalan-jalan di sana. Ximending ini menggunakan tema anime, tapi saya sendiri ga nemuin letak lokasi tempat animenya dan ke sana buat ke toko Nike/Adidas karena adik mau beli sepatu. Kalau mau cari kosmetik di sini juga banyak toko-tokonya. Untuk harga (yang saya bandingkan saat itu adalah topi kelinci yang lagi hot itu), di sini saya temukan dengan harga 250NT sedangkan di Taipei City Mall harganya 220NT.

6. Shalat di mana?

Kami berkesempatan ke Masjid Utama di Taipei dan salat jumat di sana. Posisinya dekat dengan Daan Park, namun kalau mau ke sana sebaiknya naik bus, karena kalau dari stasiun MRT lumayan banget jalannya. Buat di Yehliu kami dapat informasi bahwa ada ada mushola di Toko Indo Halal yang ada di sana (baca di sini) cuma kami sendiri tidak berkesempatan ke sana karena kami baru mengetahui infonya pas sudah di Jiufen, jadi akhirnya kami salat di taksi. Buat di Taipei sendiri selain di masjid, National Palace Museum juga memiliki tempat salat (prayer room yang ada di lantai paling bawahnya).

Untuk di Grand Mosque, tempat salat wanita ada di lantai dua meski untuk tempat wudhu ada di lantai satu dan bersebelahan dengan tempat wudhu pria. Di lantai satu sebelah tempat salat ada tempat seperti kantin yang menjual tidak hanya makanan tapi juga pakaian (pada saat ke sana kami hari jumat, jadi mungkin kalau hari lain tidak ada). Dan pastinya makanan yang dijual di situ halal. Jika area seperti kantin tersebut tidak buka, masih ada resto Indonesia yang tepat letaknya toko di samping masjid atau penjual kebab yang ada di depan masjid (menggunakan mobil).

Tempat salat di National Palace museum letaknya dekat dengan toilet di sisi dekat area berkumpul pembelian tiket grup (bukan di sisi yang sama dengan tempat souvenir), namun untuk wudhu sendiri ada di dalam prayer room-nya jadi tidak perlu khawatir. Buat mukena (oh my... saya ga bener-bener merhatiin, soalnya saya bawa mukena sendiri) mungkin sebaiknya bawa sendiri yah...
Tampilan depan Taipei Grand Mosque

Prayer room di National Palace Museum (difoto dari dalam)
Sepertinya itu dulu untuk update Taiwan (lebih ke Taipei sih ya) di tahun 2019 ini... Semoga bermanfaat.

Safe Travel, Save Nature


Tidak ada komentar:

Posting Komentar